Scroll untuk baca artikel
Bupati Blora
Bupati Blora
Example floating
BeritaHLPemerintahan

Bahaya Genangan Air. Leptospirosis dan DBB Mengintai di Musim Hujan

×

Bahaya Genangan Air. Leptospirosis dan DBB Mengintai di Musim Hujan

Sebarkan artikel ini

BLORA, (blora-ekspres.com) — Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. R. Soeprapto Cepu, Kabupaten Blora, mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap potensi penyebaran penyakit leptospirosis di musim hujan. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira ini memiliki risiko penyebaran yang lebih tinggi saat musim penghujan tiba, terutama di wilayah dengan genangan air yang banyak.

Direktur RSUD Cepu, Wilys Yuniarti, mengungkapkan bahwa leptospirosis dapat menyebar melalui urine hewan yang terinfeksi, seperti tikus, sapi, babi, dan anjing.

“Penyakit ini cukup berbahaya karena bakteri leptospira dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka atau selaput lendir yang kontak dengan air yang terkontaminasi urine hewan yang terinfeksi,” kata Wilys, Jumat (15/11/2024).

Wilys mengungkapkan, tahun lalu tercatat satu kasus pasien yang terjangkit leptospirosis di wilayah Blora. Pasien tersebut harus dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi di Solo untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

“Kondisi pasien waktu itu cukup serius sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap,” ungkap Wilys.

Wilys menambahkan, musim hujan menjadi waktu yang rawan untuk peningkatan kasus leptospirosis karena genangan air yang terjadi.

“Genangan air di lingkungan menjadi media penyebaran bakteri leptospira. Oleh karena itu, masyarakat harus waspada, terutama jika memiliki luka terbuka saat beraktivitas di luar ruangan,” jelas Wilys.

Menurut Wilys, gejala leptospirosis ini sering kali mirip dengan penyakit lain seperti flu atau demam berdarah, sehingga diagnosis yang tepat sangat penting. Biasanya muncul setelah masa inkubasi sekitar 2 hingga 14 hari.

“Gejala yang sering muncul antara lain demam tinggi, nyeri otot terutama pada betis, sakit kepala, mata menjadi kuning, hingga gangguan buang air kecil,” tutur Wilys.

Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, Wilys menyarankan masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan, menghindari kontak dengan air yang berpotensi terkontaminasi, serta selalu mencuci tangan dan kaki dengan sabun setelah beraktivitas di luar rumah.

“Hindari genangan air yang bisa menjadi sarang bakteri leptospira, dan gunakan pelindung seperti sepatu boot saat bekerja di tempat yang basah atau berlumpur,” imbau Wilys.

Selain leptospirosis, Wilys juga mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap potensi penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang sering meningkat selama musim hujan. Menurut data yang diperoleh, terdapat 39 pasien DBD yang dirawat di RSUD Cepu pekan ini, meskipun mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 77 kasus.

“Meski ada penurunan kasus DBD, masyarakat harus tetap waspada. Nyamuk Aedes aegypti, yang merupakan vektor penyebab DBD, berkembang biak di genangan air bersih. Oleh karena itu, menguras dan menutup tempat penampungan air secara rutin menjadi langkah penting dalam mencegah DBD,” jelas Wilys.

Wilys menekankan pentingnya menerapkan langkah-langkah 3M Plus, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup rapat-rapat tempat penampungan air, mengubur barang bekas yang dapat menampung air, serta memakai obat antinyamuk atau memasang kelambu saat tidur.

“Langkah pencegahan ini sangat efektif untuk menekan angka kasus DBD dan menjaga kesehatan masyarakat,” tambah Wilys.

Wilys juga mengajak masyarakat agar lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan, terutama di sekitar rumah.

“Musim hujan sering kali membawa berbagai penyakit, mulai dari leptospirosis hingga DBD. Kami harap masyarakat lebih waspada dan proaktif dalam menjaga kebersihan lingkungan,” kata Wilys.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan, Tarang Wilys, menjaga kebersihan lingkungan dengan rajin membersihkan saluran air dan selokan yang kerap menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. Selain itu, penggunaan disinfektan pada area yang sering terpapar urine hewan liar juga disarankan untuk mengurangi risiko penyebaran bakteri leptospira.

“Jika ada anggota keluarga yang mengalami gejala seperti demam, sakit kepala, atau nyeri otot yang tidak kunjung membaik, segera periksakan ke fasilitas kesehatan terdekat. Deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih serius,” tutup Wilys.***

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *