BLORA, (blora-ekspres.com) – Hujan lebat yang mengguyur wilayah Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, sejak Senin (19/05/2025) sore hingga malam, menyebabkan sejumlah bencana alam di berbagai desa. Dampak paling parah berupa putusnya sejumlah jembatan penghubung antar dukuh dan desa serta banjir yang merendam rumah warga dan fasilitas umum.
Camat Ngawen, Muhamad Zainuri saat dikonfirmasi menyampaikan laporan situasi di lapangan curah hujan yang sangat tinggi semalam menyebabkan kerusakan cukup signifikan. Hingga pukul 06.30 WIB pagi ini, beberapa jembatan dilaporkan amblas dan putus, serta permukiman warga tergenang air.
“Curah hujan yang sangat tinggi semalam menyebabkan kerusakan cukup signifikan di wilayah Ngawen. Hingga pukul 06.30 pagi ini, kami mencatat ada beberapa jembatan yang amblas dan putus, serta sejumlah permukiman warga yang tergenang air,” ujar Camat Ngawen, Muhamad Zainuri, Selasa (20/05/2025).
Di Desa Talokwohmojo, terang Zainuri, Jembatan Temuwoh yang menghubungkan wilayah Talokwohmojo-Kesungsatriyan di ruas jalan Trembulrejo-Randualas, amblas sekitar pukul 18.30 WIB. Saat ini, arus lalu lintas dialihkan karena debit air yang tinggi dan arus sungai yang deras. Selain itu, Jembatan Canggah juga dilaporkan putus pada pukul 05.00 WIB dan tidak dapat dilalui.
Di Punggursugih, satu rumah milik warga atas nama Rosidi RT 01 RW 01 kembali terendam banjir setinggi 30 cm setelah sebelumnya sempat surut.
Sementara di Bradag, kantor desa sempat terendam banjir hingga 40 cm pada pukul 17.30. “Pada malam hari banjir sempat surut, namun pagi ini air mulai naik kembali,” jelas Zainuri. Ia juga menambahkan bahwa dua rumah di sekitar embung dinyatakan rawan longsor dan penghuninya telah mengungsi demi keselamatan.
Desa Sumberejo dilanda longsor pada ruas jalan desa RT 01 RW 02 Dukuh Ngembak sekitar pukul 18.00 WIB yang mengancam rumah warga bernama Sukar. Di wilayah yang sama, banjir sempat surut pada malam hari, namun pagi ini mulai ada potensi genangan kembali.
Desa Bergolo juga tak luput dari dampak buruk cuaca ekstrem. Dukuh Kedaran dan Dukuh Pipes terendam air dengan ketinggian hingga 70 cm sejak pukul 02.30 hingga 06.30 WIB. Jembatan penghubung kedua dukuh tersebut dilaporkan putus dan tidak bisa dilalui.
“Beberapa desa lain seperti Gedebeg, Karangtengah, Kendayaan, Sendangagung, dan Sambonganyar juga melaporkan kondisi serupa. Banyak jembatan penghubung yang putus serta permukiman dan infrastruktur penting yang tergenang,” kata Zainuri.
Jembatan Gedebeg-Randualas, jembatan Sumberejo-Karangtengah, dan jembatan Dukuh Wangil-Sambonganyar semuanya dilaporkan rusak parah dan tidak bisa digunakan. Sementara itu, bangunan TPS3R di Karangtengah juga terendam banjir setinggi 50 cm.
Di Kendayaan, air sungai yang mengalir di tengah permukiman telah penuh dan berpotensi meluap.
“Satu rumah warga yang dekat dengan sungai juga berada dalam kondisi rawan longsor,” ungkap Zainuri.
Sementara di Sendangagung, Sungai Lusi telah meluap ke area persawahan pada pukul 04.30 WIB dan masih berpotensi naik jika hujan kembali turun.
Menanggapi situasi darurat ini, Zainuri mengimbau warga untuk tetap waspada dan tidak memaksakan diri melintasi jembatan atau jalan yang terdampak.
“Kami sudah memasang rambu dan police line di lokasi-lokasi yang rawan. Kami juga bekerja sama dengan BPBD dan relawan desa untuk terus memantau perkembangan,” tegas Zainuri.
Zainuri menambahkan, pihaknya akan segera menyampaikan laporan ke tingkat kabupaten untuk percepatan penanganan.
“Kami butuh dukungan segera, terutama untuk akses jembatan darurat, bantuan logistik, serta penanganan rumah yang terancam longsor,” terang Zainuri.
Pemerintah kecamatan juga telah meminta desa-desa terdampak untuk mendirikan posko tanggap darurat serta mendata kerusakan dan kebutuhan warga secara rinci.
“Kami mengajak masyarakat untuk saling membantu dan bergotong royong. Situasi seperti ini membutuhkan solidaritas kita semua,” pungkas Zainuri.***