BLORA, (blora-ekspres.com) – Pemerintah Kabupaten Blora melalui Dinas Kesehatan menargetkan penurunan signifikan angka stunting pada 2024. Berdasarkan data terbaru Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2023, prevalensi stunting di Blora tercatat sebesar 21,2 persen.
Angka ini menunjukkan penurunan yang cukup baik dibandingkan 2022, di mana prevalensi stunting mencapai 25,83 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blora, Edy Widayat, menyampaikan optimismenya bahwa target penurunan prevalensi stunting hingga 18 persen pada 2024 bisa tercapai.
“Ini adalah komitmen kami bersama seluruh pihak terkait untuk memberikan yang terbaik bagi generasi muda Blora. Penurunan yang sudah kita capai pada tahun ini menjadi motivasi kami untuk bekerja lebih keras. Kami optimis, dengan langkah-langkah yang sudah direncanakan, angka stunting bisa ditekan lebih jauh,” ujar Edy saat dihubungi media ini melalui sambungan seluler, Senin (04/11/2024).
Edy menjelaskan, terdapat tiga langkah utama yang akan dilakukan guna mencapai target penurunan angka stunting di Kabupaten Blora. Pertama, yaitu pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri, khususnya yang berada di usia produktif.
Pemberian TTD ini bertujuan mencegah anemia pada remaja putri yang kelak menjadi ibu, sehingga meminimalisir risiko stunting pada anak.
“Remaja putri adalah masa persiapan menjadi calon ibu. Jika kesehatan dan kadar zat besi mereka terjaga, maka risiko stunting pada anak-anak mereka nanti akan lebih rendah,” jelas Edy.
Langkah kedua, lanjut Edy, adalah pemeriksaan kehamilan secara intensif serta pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang berisiko mengalami kekurangan energi kronik (KEK).
“Kami mendorong ibu hamil untuk rutin memeriksakan kondisi kesehatannya agar gizi mereka terpantau. Selain itu, kami juga memberikan makanan tambahan yang kaya akan zat besi dan gizi lainnya. Ini penting karena masa kehamilan adalah periode kritis untuk mencegah stunting sejak dini,” tutur Edy.
Langkah ketiga, yang menjadi fokus Dinas Kesehatan, adalah pemberian makanan tambahan berupa protein hewani untuk anak usia 6-24 bulan. Pemberian protein hewani seperti telur, ikan, ayam, daging, dan susu sangat penting bagi pertumbuhan anak pada usia dini.
“Anak-anak yang berada di masa golden age atau seribu hari pertama kehidupannya memerlukan asupan protein hewani yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan otaknya. Dengan asupan yang tepat, mereka akan tumbuh lebih sehat dan cerdas,” ujar Edy.
Edy juga menambahkan bahwa target sasaran program ini meliputi bayi di bawah dua tahun (baduta), balita, ibu hamil yang berisiko kekurangan energi kronik, ibu menyusui, serta calon pengantin yang mengalami anemia. Dengan cakupan yang luas ini, diharapkan angka stunting di Kabupaten Blora akan terus menurun secara signifikan.
Lebih lanjut, Edy mengungkapkan bahwa peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam mendukung keberhasilan program ini. Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk lebih peduli terhadap asupan gizi keluarga.
“Kami berharap masyarakat semakin sadar akan pentingnya gizi bagi anak-anak mereka. Partisipasi dari keluarga, kader kesehatan di desa, dan pihak lain sangat penting agar program ini berjalan efektif,” kata Edy.
Selain upaya langsung dari Dinas Kesehatan, sosialisasi dan edukasi juga dilakukan kepada masyarakat di tingkat desa. Kader-kader kesehatan diberdayakan untuk memberikan edukasi gizi kepada ibu-ibu, baik untuk anak-anak, ibu hamil, hingga calon pengantin.
Edukasi ini mencakup pentingnya pola makan sehat, cara mengolah makanan yang baik, hingga pentingnya konsumsi protein hewani.
Dengan adanya program pemberdayaan ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Blora berharap masyarakat dapat lebih mandiri dalam mengelola kebutuhan gizi keluarga.
“Target kita bukan hanya angka penurunan stunting, tetapi juga terwujudnya masyarakat yang sehat dan mandiri. Kami percaya bahwa jika masyarakat bisa mengelola kebutuhan gizi dan kesehatan keluarganya dengan baik, maka stunting bisa kita tekan hingga target 18 persen pada 2024 tercapai,” tutup Edy.***(Dinkominfo Blora)