BLORA, (blora-ekspres.com) – Warga Desa Sendangagung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, sangat membutuhkan pembangunan jembatan penghubung yang memadai antara Dukuh Gapuk dan Dukuh Sendangagung.
Dua dukuh tersebut terpisah oleh aliran Sungai Lusi, yang selama ini hanya dihubungkan oleh jembatan sempit yang dinilai tidak lagi memadai untuk mendukung aktivitas warga.
Kepala Desa Sendangagung, M. Dasri, menjelaskan bahwa usulan pembangunan jembatan yang lebih layak sudah disampaikan sejak tahun 2015 dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan Ngawen. Namun, hingga kini, realisasi dari usulan tersebut belum juga terwujud.
“Kami setiap tahun terus mengusulkan pembangunan jembatan ini, baik dalam Musrenbang maupun langsung kepada pemerintah daerah. Kami berharap usulan ini bisa masuk dalam anggaran APBD atau bahkan APBN, tetapi sampai saat ini belum ada tindak lanjut yang jelas,” ujar Dasri, Senin (21/10/2024).
Saat ini, warga memanfaatkan jembatan sempit sepanjang 50 meter yang dibangun oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana. Lebar jembatan yang hanya sekitar 1,5 meter membuatnya hanya bisa dilalui kendaraan roda dua, ketika ada pengendara dari arah berlawanan yang harus bersimpangan, harus berhenti dan menunggu.
“Jembatan ini sangat sempit, jadi kalau ada dua motor yang berpapasan, salah satunya harus menunggu. Ini jelas menghambat aktivitas warga,” ungkap Dasri.
Menurut Dasri, usulan pembangunan jembatan ini pernah masuk dalam perencanaan pemerintah pada tahun 2018. Namun, rencana tersebut tiba-tiba menghilang tanpa ada penjelasan lebih lanjut.
“Kami tidak tahu kenapa perencanaannya hilang begitu saja. Padahal, ini sangat penting bagi kami,” lanjutnya.
Kondisi jembatan yang sempit dan kurang aman ini berdampak langsung pada aktivitas ekonomi warga, terutama bagi mereka yang mengangkut hasil pertanian. Kendaraan roda empat tidak bisa melewati jembatan ini, sehingga warga yang menggunakan mobil atau truk terpaksa harus memutar jauh sejauh 10 kilometer melalui Kecamatan Banjarejo.
Jika jembatan layak tersedia, lanjut Dasri, jarak tempuh antar-dukuh hanya memakan waktu sekitar 10 menit.
“Kalau ada jembatan yang lebih lebar dan aman, warga yang membawa hasil pertanian bisa langsung menyeberang. Sekarang, mereka harus memutar jauh, dan ini tentu membuat ongkos angkut jadi lebih mahal,” jelas Dasri.
Selain jembatan penghubung antar-dukuh, warga Desa Sendangagung juga mendesak perbaikan jalan yang menghubungkan desa mereka dengan Kecamatan Banjarejo. Jalan tersebut saat ini dalam kondisi yang rusak, sehingga menyulitkan warga, terutama saat musim hujan.
“Kami juga membutuhkan jalan yang layak menuju Banjarejo. Kondisi jalan sekarang sangat memprihatinkan, apalagi kalau hujan. Harapan kami, pemerintah bisa segera memperbaiki jalan ini, sehingga akses kami menjadi lebih mudah,” tambah Dasri.
Dengan adanya jembatan yang memadai dan jalan yang lebih layak, diharapkan akan ada peningkatan kualitas hidup dan ekonomi warga Desa Sendangagung. Infrastruktur yang baik akan memperlancar mobilitas masyarakat dan meningkatkan efektivitas pengangkutan hasil pertanian.
“Kami sangat berharap pemerintah segera memperhatikan kebutuhan kami ini. Infrastruktur yang memadai akan sangat membantu kami, baik dalam hal mobilitas sehari-hari maupun peningkatan perekonomian desa,” pungkas Dasri. ***