BLORA, (blora-ekspres.com) – Tragedi memilukan menimpa sebuah keluarga di Desa Sambonganyar, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora. Seorang bapak dan anaknya tewas diduga setelah meminum air yang sudah tercampur dengan racun gulma.
Saat Polisi masih melakukan penyelidikan guna mengungkap penyebab pasti insiden tersebut.
Kapolsek Ngawen, AKP Lilik Eko Sukaryono, mengungkapkan bahwa pihaknya telah memeriksa sejumlah saksi guna mendalami kejadian ini.
“Saksi yang diperiksa kemarin empat orang, hari ini tiga orang, jadi total ada enam saksi,” ujar AKP Lilik Eko saat dikonfirmasi media blora-ekspres.com melalui sambungan seluler, Senin (24/02/2025).
Menurut AKP Lilik Eko, salah satu saksi yang juga diperiksa adalah istri korban. Namun, hingga saat ini, ia belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut.
“Kami sudah berusaha mengajak komunikasi, tapi istri korban masih belum bisa memberikan pernyataan,” tambah AKP Lilik Eko.
Dua korban yang meninggal dunia adalah Muslikin (45) dan anaknya SKP (9). Peristiwa tragis itu terjadi pada Jum’at (21/02/2025) sekitar pukul 19.30 wib.
Saat itu, keduanya menenggak air dari sebuah botol yang berada di atas meja rumah. Diduga kuat, air tersebut telah tercampur dengan racun gulma.
Polisi hingga kini masih berusaha mencari tahu mengapa botol berisi air bercampur racun gulma tersebut berada di atas meja makan.
“Itu yang masih kami dalami. Yang paling tahu soal itu adalah istrinya, sehingga kami terus berupaya meminta keterangan darinya,” jelas AKP Lilik Eko.
Peristiwa ini terungkap setelah SKP sempat meminta pertolongan warga. Bocah tersebut melambaikan tangan dan berteriak histeris sebelum akhirnya ambruk tak berdaya.
“Saat warga datang, korban pertama (Muslikin) sudah tergeletak dengan posisi terlentang di teras depan rumah. Mulutnya berbusa dan dia dalam kondisi tidak sadarkan diri,” terang Lilik.
Warga yang melihat kejadian tersebut segera mengangkat Muslikin ke dalam rumah dan menidurkannya di kasur ruang tamu. Namun, selang 20 menit kemudian, SKP yang semula meminta pertolongan tiba-tiba mengalami kondisi serupa.
“Tiba-tiba korban SK lemas dan tak berdaya,” tambah AKP Lilik Eko.
Ibu korban, Maspupah, yang panik melihat kondisi suami dan anaknya, segera meminta warga untuk mengambilkan air mineral. Air itu kemudian diberikan kepada korban dalam upaya pertolongan pertama. Sayangnya, nyawa keduanya tak tertolong.
“Saat dibawa ke Puskesmas Rowobungkul, korban SKP sudah tidak bisa diselamatkan. Sementara itu, berdasarkan pemeriksaan bidan Desa Sambonganyar, korban Muslikin juga dinyatakan meninggal dunia,” beber AKP Lilik Eko.
Berdasarkan pemeriksaan tim medis dari Puskesmas Rowobungkul, kedua korban ditemukan dalam kondisi yang sama, yakni nadi sudah berhenti, pupil mata tidak merespons cahaya, dan tidak ada tanda-tanda kekerasan. Selain itu, terdapat busa yang keluar dari mulut korban.
“Dugaan sementara, korban meninggal akibat mengonsumsi air yang telah tercampur dengan racun gulma yang disimpan dalam botol air mineral dan diletakkan di atas meja,” ungkap AKP Lilik Eko.
Saat ini, polisi masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium dari sampel yang telah dikirim ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) untuk memastikan penyebab pasti kematian Muslikin dan SKP.
“Kasus ini masih dalam tahap penyelidikan lebih lanjut. Kami akan menunggu hasil uji laboratorium sebelum menentukan langkah berikutnya,” pungkas AKP Lilik Eko.***