BLORA, (blora-ekspres.com) – Kabupaten Blora saat ini menghadapi tantangan serius akibat musim kemarau panjang yang telah berlangsung sejak Juli hingga September 2023. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) eks Oficio Sekretariat Daerah (Setda), Komang Gede Irawadi, melalui Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Blora, Sri Wijanarsih, mengungkapkan bahwa dari total 16 kecamatan di Blora, sebanyak 14 di antaranya mengalami kekeringan yang parah. Kecamatan Kradenan dan Todanan adalah pengecualian karena sudah memiliki sumber air yang mencukupi.
Menurut Sri Wijanarsih, awalnya terdapat 124 desa yang dinyatakan darurat kekeringan, namun angka ini telah meningkat menjadi 185 desa seiring berjalannya waktu. Kabupaten Blora benar-benar dalam keadaan darurat kekeringan, dan situasi ini diperkirakan akan berlanjut hingga November, bahkan ada informasi yang menunjukkan kekeringan bisa berlanjut hingga Februari 2024.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memberikan prediksi bahwa hujan mungkin akan turun di Bulan November, tetapi BPBD Kabupaten Blora tetap mengantisipasi kemungkinan kekeringan hingga akhir tahun. Situasi ini menjadi lebih kompleks dengan fenomena El Niño yang sulit diprediksi.
Di sisi lain, Camat Ngawen, Moechamad Zainuri, mengungkapkan bahwa Kecamatan Ngawen memiliki 2 kelurahan dan 27 desa, di mana 11 di antaranya menghadapi tingkat kekeringan yang tinggi.
“Kekeringan yang tinggi di sebagian besar desa dan kelurahan ini telah menjadi masalah utama bagi masyarakat. Di kecamatan Ngawen, sebanyak 11 desa berjuang keras untuk mengatasi kekeringan,” terang Zainuri kepada media, Rabu (04/10/2023) kemarin.
Beberapa desa di kecamatan Ngawen yang terdampak antara lain Dukuh Kepitu Desa Gedebeg, Dukuh Watumiring Desa Bandungrojo, Dukuh Sendangagung, Dukuh Gapuk Desa Sendangagung, Dukuh Beru Desa Karangtengah, dan lainnya.
Meskipun beberapa desa masih mampu mengatasi kekeringan dengan mengambil air dari sumur yang berada di persawahan, pihak pemerintah Kecamatan Ngawen telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah ini. Mereka secara rutin mendistribusikan bantuan air bersih dan Zainuri juga mengajak desa yang memiliki sumber air yang mencukupi untuk mengajukan program Pamsimas (Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat).
“Kami berharap dengan kerjasama antara berbagai pihak dan upaya yang dilakukan, kami dapat mengatasi musim kemarau panjang ini dan memastikan pasokan air yang memadai bagi masyarakat,” ungkap Zainuri.
Situasi kekeringan ini menjadi perhatian serius, dan langkah-langkah darurat terus diambil untuk membantu penduduk yang terdampak di Kabupaten Blora.***